Sejak hadirnya dinasti YouTube yang kian merajai media tontonan, saya sempat menduga bahwa menonton televisi takkan menjadi hal yang mengasyikkan lagi.Â
Alasannya, di samping suguhannya yang dinilai oleh banyak khalayak kurang kreatif, hal ini kian diperparah dengan bejibunnya iklan yang muncul dari setiap acaranya yang ditayangkan.Â
Iklan itu seringkali muncul baik secara bergantian setiap sekian menit dari acara inti, maupun yang dipaksakan seolah-olah masuk dalam cerita.Â
Akan tetapi, seiring bergantinya waktu, saya sedikit berubah haluan mengenai cara pandang saya terhadap televisi yang demikian ini. Terlepas dari bagaimanapun estetika media televisi dari caranya bungkus-membungkus iklan itu, tetap saja upaya mereka ini patut diapresiasi.Â
Sehingga setelah beberapa lama saya menjalani kondisi yang demikian, saya pun menjadi kebal dengan apa yang biasa disebut oleh sebagian besar orang dengan sesi yang membuang-buang waktu itu.Â
Biasanya, begitu adegan dalam televisi mulai saya anggap kurang menarik, maka saya pun akan meraih gawai saya. Kemudian menuliskan beberapa hal yang mungkin tengah mengendap dalam pikiran maupun yang ber-seliweran di luar kepala.Â
Menikmati sepotong kisah di televisi
Beberapa kali, saya merasa sangat senang ketika mendapati sepotong kisah menarik dari film yang saya tonton di televisi. Meski hanya sebuah potongan plot, tidak utuh, bagi saya tetap saja, itu merupakan sebuah karya yang layak untuk dinikmati.Â
Sebagai gambarannya, beberapa kisah dalam film yang biasa saya tonton di televisi, ada yang menyuguhkan adegan yang seakan klimaks pada awal tayangan. Seorang yang lari terbirit-birit dikejar oleh banyak orang, aksi laga yang seru, langkah penyelamatan yang mendebarkan, tangis haru-biru yang mengaduk perasaan dan seterusnya. Seakan tayangan itu ingin memikat penontonnya sedari awal cerita dengan potongan kisah yang mengejutkan.Â