Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jalan Pintas untuk Jadi Kaya Itu Bukanlah Pesugihan, Melainkan "Nriman"

3 Oktober 2020   08:32 Diperbarui: 3 Oktober 2020   13:52 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Priscilla Du Preez (Unsplash) 

Hampir setiap orang ketika mereka ditanya apakah ingin kaya, maka jawabnya adalah pasti. 

Kemudian, jika ditelusuri dengan pertanyaan berikutnya, cara apakah yang bisa mereka lakukan untuk meraih kekayaan itu? Maka jawabnya pun bisa beragam. Mulai dari bekerja keras, membangun banyak relasi, membentuk strategi usaha yang baik, dan sebagainya.

Namun, selain menggunakan cara yang lazim itu, ada pula diantara mereka yang mencoba menggunakan cara-cara yang menyimpang, seperti dengan mencuri, korupsi, menipu, maupun dengan menggunakan pesugihan.

Apakah mereka pasti akan meraih kekayaan setelah menggunakan cara yang menyimpang ini? Jelas, belum tentu. Bahkan, acapkali saat mereka menggunakan cara yang tak lazim ini, yang terjadi adalah alih-alih mendapat kekayaan, mereka justru mendapati kebangkrutan pada masanya nanti.

Lantas, jika memang demikian kenapa pesugihan dan berbagai cara menyimpang lainnya itu masih saja diburu sebagai jalan pintas untuk meraih kekayaan? 

Hal ini tak lain tak bukan adalah sebab sudah buntunya jalan pikiran mereka untuk menjalani proses bekerja secara legal yang hasilnya dianggap tidak seberapa menguntungkan. Dengan demikian, mereka pun berusaha memilih jalan lain, sekalipun dengan penuh kesadaran bahwa apa yang mereka pilih itu adalah jalan yang menyimpang. 

Dalih yang biasa mereka gunakan sebagai pembelaan diri atas hal ini adalah karena kebutuhan yang mendesak maka apa pun boleh dilakukan, sekalipun hal itu bertentangan dengan norma dan hukum yang berlaku. 

Bahkan cukup sampai di situ, mereka tidak jarang juga telah siap dengan segala risiko yang akan mereka tanggung nantinya manakala gagal saat mengambil jalan usaha yang absurd itu. 

Padahal sebelum mereka memilih sebuah jalan usaha tertentu, ada baiknya mereka mengambil langkah perenungan secara berulang, apakah sebenarnya yang mereka maksud dengan kekayaan itu? Sudah pastikah kekayaan itu akan membawa mereka pada kebahagiaan?

Kesalahan persepsi mengenai kekayaan

Selama ini banyak orang yang cenderung mengira bahwa kekayaan itu adalah bentuk melimpahnya materi atau kekayaan sehingga dapat digunakan untuk membeli apa saja, termasuk di dalamnya kebahagiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun