Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nuraeni Juga Bersedia Dinikah Siri Asal Oleh Bupati yang Membawa Seratus Jeti

5 Desember 2012   05:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:10 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bupati Garut, Aceng boleh jadi terperosok karena ulahnya sendiri, karena menikahi Fani gadis 18 tahun secara siri dan dicerai 4 hari kemudian. Karena ulah semena-menanya itu ia kini menerima cacimaki sampai ancaman penggulingan jabatan bupatinya. Ulasan tentang rusaknya moral beliau di media kompasiana ini juga sudah tak terhitung jumlahnya.

Tanpa mengurangi kegeraman saya terhadap buruknya kelakuan kepala daerah tersebut, saya juga membayangkan bahwa sosok Fani dan orang tuanya yang menjadi korban pelecehan perempuan itu juga sebagai penjebak ulung yang kira-kira sebelas-duabelas dengan sang pejabat tersebut.

Jika yang datang dan mengajak kawin siri itu BUKAN bupati yang membawa banyak uang, apakah ia akan mau diperlakukan seperti? Rasannya perempuan yang menjunjung tinggi harkat dan martabatnya tidak akan melakukan itu.

Orang tua yang menginginkan anaknya menjadi keluarga sakinah tentu akan menyelidiki  dulu  siapa calon pendampingnya tanpa terbius oleh gepokan rupiah yang ditentengnya. Lelaki tua dengan status bupati, masuk akalkah jika dia tidak tahu…??

Namun demikian, ulasan ini juga tidak dimaksudkan untuk menghujat janda muda, yang konon hanya digauli satu malam tersebut. Saya hanya ingin mengajak kita semua untuk memetik hikmah dari aib yang tersiar kemana-mana tersebut.

Tidak sedikit perempuan yang bersedia dinikahi dan diperlakukan semena-mena oleh suaminya asalkan kebutuhan materinya terpenuhi. Di sinetron-sinetron yang mungkin menggambarkan kehidupan di tingkat masyakat mampu sampai ke kampung-kampung kumuh, menempatkan kepentingan materi di atas nurani dan moral bukanlah omong kosong.

Lebih dari itu, berapa banyak orang yang korup tapi hati nuraninya sendiri mengakui kalau itu adalah kejahatan. Dan lebih banyak lagi orang menyogok untuk mendapat pekerjaan yang bagus dengan dalih ‘sudah jamannya begitu’ dan berharap tuhan memakluminya karena situasinya dianggap darurat.

Lalu apa bedanya dengan Aceng yang sudah menempatkan kepentingan birahi di atas nurani ?.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun