Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pesantren atau Sekolah Biasa, Mana Lebih Baik?

28 September 2022   22:56 Diperbarui: 28 September 2022   23:07 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Fenomena unik, sekarang banyak anak-anak yang mondok, atau lebih tepatnya sekolah sambil mesantren. Selain anak mendapat pelajaran seperti layaknya anak sekolah, anak juga mendapat pendidikan agama yang banyak terutama membaca dan menghafal alquran.

Salah satu fenomena unik adalah ada orang tua yang merasa sudah bebas tugas setelah anaknya dapat dimasukan ke pesantren, entah dengan cara dibujuk atau atas keinginan sendiri. Mungkin dia menganggap bahwa ustad atau kyainya sudah dapat mengambil alih tugas orang tua. Bahkan ada orang tua yang mengganggap bahwa kalau anak sudah dimasukan pesantren, dia tidak punya tanggung jawab lagi di hadapan Illahi meski anaknya tidak tumbuh menjadi orang yang baik.

Saking melekatnya faham tersebut, ada tetangga yang menyindir saya karena tak satupun dari tiga anak saya yang mondok. Saya memberi kebebasan pada anak untuk milih sekolah biasa atau mesantren, dengan diberi pemahaman dan ditunjukin terlebih dahulu sisi-sisi baik buruknya di kedua model pendidikan tersebut. Dia bilang, itu bukan dunia kami, pendidikan umum tak terlalu penting buat masa depan anak-anak kami.

Memang mengapa dengan pesantren..?

Secara model pendidikan memang tidak ada yang salah, pesantren bahkan dapat dikatakan sangat lengkap . Tetapi orang tua sering lupa kalau anak seusia SD dan SMP itu masih ingin dekat dengan orang tuanya. Adaptasinya dengan komunitas di luar rumah masih belum bagus. 

Ada anak yang merasa dibuang (tidak disayang) dengan dimasukan ke pondok pesantren. Di pondok, anak akan kehilangan waktu bermain dan bermanja-manja dengan orang tuanya.

Seorang  anak tetangga di Bogor, tak tanggung-tanggung memasukan anaknya ke Pesantren Gontor. Setelah 3 tahun dia minggat ke rumah kakeknya karena terlibat perkelahian di pesantren. Dia tidak mau kembali mondok di pesantren manapun. Sedangkan untuk kembali ke sekolah biasa dia malu karena sudah sangat terlambat. Ketika diarahkan orang tuanya, dia melawan karena merasa sudah dibuang dari  rumah selama bertahun-tahun.

Ketika ada teman yang mengatakan anaknya mau mesantren, saya selalu menanyakan itu keinginan siapa? Klo keinginan anaknya itu bagus dan harus didorong, tetapi jika itu hanya ambisi orang tua, agar dipertimbangkan kembali. Karena tugas orang tua adalah membawa anak ke pintu gerbang kehidupan yang baik setelah dia dewasa kelak. Bukan sekedar masalah pesantren atau sekolah biasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun