Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

6 Lelaki Buta, Baca Koran dan Mainkan Blackberry

29 Maret 2012   12:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:18 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi pagi saya naik kereta dari Stasiun Cilebut menuju tempat kerja di Kalibata. Seperti hari-hari biasa, kereta pagi selalu penuh sesak, baik kereta ekonomi maupun commuter line, termasuk kereta yang saya naiki.

Karena kereta penuh, saya hanya kebagian berdiri menghadap kursi panjang dekat jendela yang biasa diisi 7 atau 8 orang. Begitu juga penumpang yang baru naik lainnya termasuk 4 ibu berusia cukup lanjut yang berdiri di kiri kanan saya, semuanya terpaksa berdiri karena tempat duduk sudah terisi penuh. Sedangkan di kursi panjang depan saya tampak 1 orang perempuan tertidur, seorang kakek yang juga tidur tapi sebentar-sebentar terbangun dan sisanya 6 lelaki dengan usia sekitar 30 sampai 45 tahunan.

Memasuki Stasiun Citayam (setelah melewati stasiun Bojong Gede) kereta semakin penuh sehingga pintu hidrolik yang biasa tertutuppun tidak bias ditutup karena terganjal penumpang yang berdiri di pintu. Sementara keempat ibu yang berdiri semakin susah menahan dorongan karena tidak bisa menjangkau pegangan yang ada di atas.

Rupanya kerepotan 4 orang ibu-ibu tua itu tak mengganggu aktivitas merekadan seolah tak peduli apa yang terjadi di hadapan mereka. Padahal di belakang mereka terdapat tulisan yang menghimbau untuk memberikan tempat duduk pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang yang bawa anak dan orang cacat.

Saking kesalnya melihat ketidakpedulian mereka terhadap ibu-ibu yang layak diberi tempat duduk itu, satu persatu saya perhatikan mukanya. Di ujung kiri, lelaki sekitar 30 tahun berbaju putih berbadan tambun seperti Gayus, ia tampak asyik membolak-balik Harian Kompas. Sebelahnya, lelaki sekitar 45 tahun juga berbaju putih, ia kelihatan sedang berngatuk-ngantuk sambil menggenggam tas laptop bermerk Toshiba.

Sebelah sang kakek yangtertidur, duduk laki-laki berbadan tegap dengan usia sekitar 40 tahun, ia juga asyik memainkan Blackberrynya sambil sekali-sekali menoleh ke sang ibu yang berdiri di depannya. Sedangkan sebelahnya, laki-laki hampir sebaya dengan dia tetapi wajahnya lebih bersih dan sedikit berjenggot, ia pun asyik dengan Media Indonesia yang dipegangnya.

Di sebelah kanan perempuan, tampak seperti eksekutif muda berusia tidak lebih dari 35 tahun dengan pakaian bermerk terkenal dan sangat rapih sertamenggenggam blackberry yang sekali-sekali dimainkannya. Sedangkan satu lagi adalah lelaki berbaju putih diselimuti jaket tipis hitam bertulisan LP3I dengan usia sekitar 40 tahun yang agak bengong-bengong sambil memeluk tas laptopnya.

Sampai saya bersiap turun mendekat pintu di Stasiun Pasar Minggu, keenam pria itu tidak juga ada yang beranjak dari tempat duduknya untuk bergantian dengan keempat ibu tua itu. Yah, apa namanya kalau bukan buta?, setidaknya mereka buta hati untuk tidak memberikan tempat duduk pada orang yang harusnya mendapat prioritas tersebut…..

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun