Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menurunnya Jumlah Penduduk Miskin, Pencitraan yang Menipu?

22 Juli 2018   22:13 Diperbarui: 22 Juli 2018   22:25 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebuah keluarga kecil dengan anggota keluarga bapak-ibu dan 2 balita  memiliki penghasilan 1,5 juta perbulan. Itu merupakan akumulasi dari penghasilan suami dan istrinya yang bekerja sambilan sambal ngurus dua balitanya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka harus membayar kontrakan 350 ribu sebulan, bayar listrik karena hanya untuk lampu, nyerika dan TV 50 ribu, jajan anak 10 ribu sehari (300 ribu/bulan) dan biaya lain-lain seperti obat warung, ganti lampu, sabun-sabun,  gsnti piring pecah dan sebagainya sebesar 150 ribu sebulan. Total jendral sebelum dibelanjakan buat makan sebesar 850 ribu. Masih ada 650 ribu lagi untuk makan selama 1 bulan.

Pengeluaran beli beras setengah kg perhari yang paling murah 150.000 per bulan (10 ribu/kg), gas 3 kg 3 tabung 60 ribu dan bumbu dapur tetap (garam, kecap dll) 20 ribu totalnya 230.000. Masih tersisa lagi Rp. 420.000. Kalau sisa ini keseluruhan dialokasikan untuk membeli lauk pauk sebulan, seharinya adalah 14 ribu. Angka-angka ini juga tidak memperhitungkan kalau bapak kepala keluarga itu harus ngopi atau minum teh rutin, pulsa hape atau konsumsi BBM kalau dia punya motor.

Ketika pemerintah memberitakan bahwa tahun ini Pemerintah untuk pertama kalinya berhasil menekan angka kemiskinan untuk pertama kalinya dalam sejarah menjadi di bawah 10 %, spontan masyarakat berdecak kagum.... Betapa hebatnya pemerintah sekarang meski dinyinyiri banyak orang. Saya termasuk yang mengapresiasi sangat positif.

Namun ketika mendengar bahwa batas dianggap miskin itu yang peghasilannya di bawah 11 ribu perorang perhari, apresiasi itu tiba-tiba hilang begitu saja. Kalau melihat hitung-hitungan contoh kasus di atas, penghasilan 1,5 juta sebulan itu setara dengan 12.500 per orang per hari, artinya dia tidak termasuk kategori miskin.

Betulkah kenyataanya demikian...?

Silahkan perkirakan sendiri hari gini  14 ribu untuk 3 kali makan dapat apa saja..... ?

Wajar saja kalau jumlah miskin itu berkurang karena batasnya diturunkan. Catatan BPS, September 2016, batas kemiskinan adalah Rp. 362 ribu per bulan atau setara denfan 12.067 rupiah perhari.  

Masihkah kita akan tepuk tangan untuk penipuan ini hanya karena membaca judulnya "jumlah penduduk miskin berkurang" tanpa melihat realitanya. Siapapun pemerintahannya, ini adalah pencitraan yang menipu, KECUALI jika anda yakin sanggup hidup dengan biaya 11 ribu perhari.

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun