Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Senyum Termanis Istri Saya adalah Saat Saya Bilang Akan Segera Melamar, Bagaimana dengan Anda?

24 November 2017   00:02 Diperbarui: 24 November 2017   00:24 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senyum pasangan anda (pacar atau istri) terlihat manis? Tentu saja.  Apalagi yang masih berpacaran, senyum sang pacar menjadi obat mujarab untuk menghilangkan rasa cape dan beban hutang. Seberat apapun perjuangan untuk menemuinya tidak ada artinya jika senyum manis itu menyambut kita.

Jika dihitung dari waktu, saya mulai tertarik dengan perempuan yang kini menjadi ibu dari ketiga anak saya adalah 23 tahun, Kalkulasinya saya mulai tertarik kepadanya dua tahun sebelum menikah dan kini pernikahan kami memasuki usia 21 tahun.

Jika dihitung dengan selisih berat badan, saat itu saya lebih kurus dengan berat sekitar 50 kg. Sekarang berat badan saya 78 kg yang menunjukkan bahwa terdapat selisih 28 kg sebagai hasil yang diperoleh dari kehidupan yang kami bina berdua.

Jika dihitung dari jumlah senyum manis yang dilempar istri, entah berapa juta kali saya merasakannya.  Padahal 23 tahun itu hanya sekitar 6.095 hari saja. Yang terbanyak tentunya pada masa-masa pacaran dimana kami selalu saling merindukan, semenit serasa sewindu. Yah, ada senyum manis, senyum sangat manis atau senyum kecut ketika tanggal mulai menua.

Alhamdulillah selama 21 tahun pernikahan kami tak pernah ada perselisihan yang berarti, semuanya masih dalam batas bumbu rumah tangga saja sehingga saya tidak bisa mengingat pertengkaran apa yang paling besar dalam kehidupan kami.  

Sore itu saya dan seorang teman dekat sedang mengumpulkan oleh-oleh untuk dibawa pulang ke Jawa. Kami mengumpulkannya lebih dari biasanya karena kami tidak yakin akan kembali lagi ke kota itu, Pontianak, tempat saya mulai bekerja dan hidup mandiri dan tempat calon istri saya menyelesaikan kuliah. Sesaat setelah "kuetiaw" yang merupakan makanan khas kota khatulistiwa itu kami santap, saya menyatakan bahwa sesampai di Jawa, saya akan segera melamarnya. Dia tersenyum sangat manis sekali. 

Dan Ya Allah saya masih selalu mengingat itu dan merasa itu senyum termanis istri saja sampai sekarang. Saya ingat sekali kalau saat itu saya hanya dapat memandangnya karena kami memang saling membatasi diri dalam kontak fisik. Saat itu hati saya berjanji akan menikahinya dan membahagiakannya. 

Memang, sampai saat ini beribu-ribu senyum memberikan arti yang sangat lebih. Misalnya   ketika saya mendapat gagal dalam suatu  usaha, ia tetap tersenyum menyambut saya. Senyum itu menjadi sumber motivasi yang tak ternilai besarnya. Namun tanpa menghilangkan makna-makna tersebut, senyum di sore itu terasa paling manis.

Bagaiman dengan senyum termanis pasangan anda....??

Salam  

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun