Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Dua Titik Bicara

19 September 2023   07:28 Diperbarui: 19 September 2023   07:36 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pixabay.com

Semakin dangkal nalarku membaca pagi, menghitung sunyi sebagai perselingkuhan embun dengan daun padi. Kering, bahkan lebih kerontang dari sawah tadah hujan. Gersang, bahkan irigasi memuntahkan tangis di meja makan.

Ketika harga beras mahal, lampu rumah lebih cepat padam, biarkan si miskin segera tidur dengan angan, mimpi indah bahwa esok sekarung beras jatuh dari awan. Mimpilah...

Dan ketika siang beranjak panjang, swasembada hanya keran impor berbentuk talangan. Kemana tanah subur menghasilkan? Siapa kiranya tuan pemutus kebijakan menangis sambil mohon ampunan. Kepada rakyat. Kepada kaum jelatah yang dulu ikhlas memberi mandat kekuasaan.

Nalarku hampir buta, malam tiba tanpa solusi dari siapa. Menangislah aku, mereka, serangga malam, dan para pengambil kebijakan. Tentu tangis kami beda tujuan.

#####

Bagan batu, 19 September 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun