Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Layaknya Seorang Tamu, Kuketuk Pintu Hatimu di Suatu Waktu

19 Januari 2023   06:45 Diperbarui: 19 Januari 2023   06:57 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak jemu rasaku, meski kaki terasa keras membatu, persendian ngilu karena angin lalu terus menderu. Hingga padang gersang berhutan salju, hingga sebentuk harap remuk karena tak temu.  Tak takut lukaku, memohon pengertian dari empunya waktu, menyelipkan pesan kepada kumbang dan harumnya mawar. Aku bersiteguh menunggu.

Layaknya seorang tamu, ku ketuk pintu hatimu di suatu waktu. Dengan kasih sayang , dengan segenap pengertian. Ku ketuk perlahan, sangat perlahan, agar sebentuk hati yang bertahtah di atas mahligai pualam, tak terguncang, tak terancam. Meski diriku berharap satu hal, kapan waktu itu datang.

Mungkin ini yang namanya evolusi, mencipta canda dari marah yang membara, bermula prasangka akhirnya lebih percaya. Kepada siapa? Untuk apa. Yakinku Engkau pasti sedang berperang dengan batinmu, bermusyawarah dengan airmata, mendengarkan seksama  nasihat hening kepada sepi, menaruh hormat atas temaram tempatmu bersembunyi.

Luka itu teramat dalam, menghujam hebat menyabit kesadaran. Trauma, kengerian begitu terasa manakalah senja hendak datang mengintai dari celah jendela. Jeritmu pada tengah malam, tangismu memenuhi udara kelam, hingga mimpi burukmu mempengaruhi keadaan sekitar. Terasa beban batin lebih berat dari luncuran lahar pijar.

Sebagai tamu, ijinkan aku menjenguk luka hatimu. Sekedar menawarkan segelas embun penawar, merawat luka yang telah membuatmu lupa memoleskan gincu dan pupur pada keayuan. Beri aku satu kesempatan, setelah seribu hari menunggu di depan pintu tanpa kepastian.

Layaknya seorang tamu, aku tak hendak beranjak pulang, sebelum empunya derita mempersembahkan senyuman.

#####

Baganbatu, januari 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun