Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Kinanti, Jika Pertemuan Ini Terjadi [Bagian 7]

5 Desember 2022   06:09 Diperbarui: 5 Desember 2022   06:11 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah desember, ingatan kita pasti akan menukik kepada awal pertama kita jumpa. Engkau dan aku adalah tipe manusia irit bicara, hanya sesekali saling menyapa, menegur ramah menanyakan apa kabarnya. Hanya itu.

Tapi sungguh ini adalah hal yang paling bermakna, mata kita bisa bercerita tentang apa saja. Tentang rasa saling suka, tentang harapan kita menatap hubungan seperti apa nantinya. Ini adalah masa bahagia dalam nostalgia. Bibir hanya tersenyum, namun mata kita saling berbicara dalam bahasa sukma. Padanan kata mana yang mampu menggambarkan betapa kita pernah melalui masa indah itu dengan hati berbunga.

Kinanti, apa yang ada dalam benakmu kini ketika nostalgia itu aku hadirkan kembali? Engkau pernah marah semarahnya gadis jelita, Engkau pernah berduka sedukanya puteri cantik berhati selembut sutera. Bagaimana bisa wanita selembut dirimu menitikan airmata, bagaimana bisa gadis cantik nan rupawan yang menjadi rebutan para pemuda tampan patah hati dan menangis sedih di hadapan seorang lelaki biasa yang hanya bisa memberi harapan. Tanpa kepastian.

Sungguh aku adalah lelaki tak tahu diri, menemukan puteri jelita dengan segala kesetiaan tak tertandingi, namun aku hanya memberi janji tanpa hal pasti.

Kinanti, sungguh penyesalan ini mengiris kulit hatiku setiap kali, membayangkan wajah manismu basah oleh airmata tiada henti. Setelah sekian lama menjalin kasih, ternyata aku tak lebih dari lelaki pengecut yang takut menatap tingginya ombak.

Hingga kita berpisah

Hingga engkau menghadap yang maha kuasa

Salah langkahku ketika itu telah menjelmakan aku kepada penyesalan tiada tara.

Kinanti, jika pertemuan ini terjadi, sudikah dirimu membiarkan mata ini kembali berbicara. Memohonkan maaf atas segala salah, meniadakan duka yang dulu menjadi penyebab Engkau meninggalkan dunia.

Seperti ketika pertama jumpa, mulut ini tak akan banyak bercerita. Karena kita memang terbiasa menyambungkan rasa lewat jiwa.

Kinanti, maafkan salahku

#####

Bganbatu, desember 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun