Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Tangis Diam Perempuan Bergincu Merah Pudar

3 September 2022   06:56 Diperbarui: 3 September 2022   07:04 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini, Seperti malam kemarin yang penuh pedih. Si hidung belang menjamah tubuh seakan seonggok patung batu. Tanpa perasaan, tiada secuil kasih sayang. Hanya beberapa lembar uang kertas kumal bernilai nominal, pengganti harga diri yang terjual.

Di ruang tiga kali tiga terasa pengap penuh dosa, dinding dan lantai mencitrakan maksiat telah terbuat. Pada almari, pada dipan reot penuh sunyi, pada gorden kumal bekas menyaksikan pergumulan si hina dan tuan mulia.

Nun di luar sana, setiap pandangan menceburkanya ke lembah nestapa. Di anggap perempuan penggoda, di cap perempuan sampah.

Jika menangispun, air mata telah kering sejak malam pertama.

Hendak meratap ia, segala cuaca telah berubah.

Gelap. Tanpa masa depan.

Berharap uluran tangan penuh cinta penuh sayang, tapi angan itu segera padam.

#####

Baganbatu, 3 september 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun