Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Menangisi Hari Penuh Kenangan

12 Agustus 2022   06:42 Diperbarui: 12 Agustus 2022   06:48 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seketikah luruh semangat hidupku, keberanianku jatuh ketitik beku, tampang garang dengan dada bidang telah kosong dari badai dan amukan topan.

Aku menangis sejadi-jadinya

Aku menjerit sekuat-kuatnya

Aku menyesali telah merobohkan tembok besar bernama perjanjian

Aku melukai hati dan perasaan insan-insan lemah penuh pengharapan

Air mata tak bisa mengembalikan kedamaian

Ratapan sedih bukan solusi menciptakan kesepakatan

Ketika kesadaran berpikir ini datang, telah banyak hak hidup orang lain bergelimpangan, ketidak adilan menjadi kendaraan perang memberangus segala macam kritik dan wejangan.

Peluru pertama merobohkan akal-pikir dan kesetiaan

Peluru kedua, menjatuhkan wibawa martabat kemanusiaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun