Rintik hujan di rongga pemikiran, mulanya belasan, kemudian jutaan. Dalam satu kali dua puluh empat jam, air menggenangi meja rapat pembuat undang-undang. Kursi, almari, bahkan arsip-arsip negara basah oleh kepentingan. "Pasti untuk kepentingan rakyat," kata sang penadah hujan, pemilik gedung dewan.
Tik,tik,tik, bunyi hujan diruang hayal. Airnya turun membasahi kemakmuran, menumbuhkan sekian asa sejak zaman mula kemerdekaan, membangkitkan gairah tentang satu nusa, satu bangsa, satu bahasa kita, Insonesia yang mapan.
Ketika air melimpah, ketika hujan menimbulkan genangan nostalgia tentang kejayaan nusantara, jangan terburu-buru menyalahkan ketamakan penjajah. Mungkin kita yang salah kelolah, mungkin kita yang tak lagi lurus niatnya.
Hujan bagi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia, bukan doa yang berubah menjadi sumpah-serapah, bukan gunungan asa yang berubah tanah longsor di mana-mana.
Hujan adalah berkah.
Hujan adalah kasih Tuhan untuk pengingat ummat manusia.
Jangan membenci hujan , jangan menolak hujan. Kemakmuran yang kita idam-idamkan, kejayaan yang pernah kita impikan, ternyata hanya sejengkal dari hati terdalam.
Hujan hanya menghantarkan, hujan hanya menyediakan, tinggal kita yang di tuntut bersungguh-sungguh memanfaatkan.
#####
Baganbatu, ketika hujan dipertengahan juli 2022