Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Nur

8 April 2022   08:05 Diperbarui: 8 April 2022   08:07 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika gelap berkuasa, singgasana di penuhi kelam dalam derajat gulita. semua menyembah, pura-pura menyembah, bahkan terpaksa menyembah. Batu kukuh dengan pendapatnya, air mengalir mengikuti titah, udara berhembus seakan ini adalah takdir penciptaan, gelap itu adalah raja maharaja.

Ketika Nur terlahir kedunia, sosoknya segera menimbulkan pro-kontra. tiba-tiba percikan cahaya ada di mana-mana. di meja makan, di pembaringan, dalam pinggan, menempel di ranting dahan marpoyan. Bahkan jubah kebesaran para hulubalang penuh manik cahaya berkilauan. 

Gelap mengaku kalah, gelap menyerahkan segala kuasa, gelap menyendiri dalam lubang bisu antariksa. berakhirlah dinasti kelam tanpa suara tanpa rupa.

Sekian abad setelah kemenangan, Nur mulai menyadari satu keadaan, tubuhnya mulai lemah, cahayanya tak lagi mampu menjangkau seluruh alam semesta, lahirlah spektrum baru cahaya, tanpa di ketahui siapa orangtuanya. Salah menjadi benar, remang-remang di sangka terang.

batu tak mampu lagi memegang tungku, air mengalir mendaki gunung melawan takdir, angin bertiup seakan dunia telah berakhir. Inilah zaman terang tanpa cahaya, terang bukan gelapun jangan.

######

Baganbatu, April 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun