Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Isabellic

1 Agustus 2021   07:32 Diperbarui: 1 Agustus 2021   07:45 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Trotoar menguap siang itu. Dua lusin debu mengangkut bangku, lantai apartemen retak oleh bunyi terompet.

Sepatu hak tinggi mengetuk aspal. Tak, tak, tak, bunyi bersahutan. Seperti mawar merah di taman bawah jembatan, kadang dikagumi kadang dipandang hanya pajangan.

Aku merangkul awan. Ada kenangan berpendar diketinggian, hidung mancung bermata biru, tinggi tubuh lebih seratus delapan puluh. Ada disaku baju, foto tiga kali empat bermotif bingkai semu.

Bertanya pada kaca jendela perkantoran, atau menyemut menunggu antrian. Sebuah kesia-siaan. Namanya hilang.

Mungkin siang itu aku bernasip sial. Tiang tangga penyeberangan garang menghadang. Merebut foto, merampok suara hingga suasana gelap-gulita. Bangsal rumahsakit hanya akhir cerita.

*****

Baganbatu, agustus 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun