Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Ke Mana Hujan Membawa Pergi Engkau dan Mimpi Putih

25 Mei 2021   20:03 Diperbarui: 25 Mei 2021   20:32 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mei menangis bersama gerimis, rintik kecil airmata langit mengungkit takdir. Tanah mulai gersang penuh gelombang, debu-debu beterbangan mencari kekasih abadi. Masing-masing jiwa membaca mei dan hujan dengan nada berbeda.

Padahal baru kemarin, aliran anak sungai bernyanyi gembira. Menghanyutkan rasa hingga ujung muara, mencubit mesra batu kali dengan nada gairah. Baru kemarin, hari ini kering-kerontang. Tak tertinggal kecuali kepiting batu, memandang langit dengan harapan hujan segeea tiba.

Haruskah ku cari, jejak tetes hujan di gulungan awan hitam. Agar pesona kekasihku tercium mengisi dada. Atau ku biarkan saja, setidaknya hingga lumut mengering dibalik fatamorgana.

Yakinku kepada hujan dan bulan mei, kekasihku kan kembali sebentar lagi.

*****

Baganbatu, mei 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun