Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Poniyah, Perempuan Lugu Penyumbang Devisa

22 Mei 2021   20:08 Diperbarui: 22 Mei 2021   20:17 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitulah kisah. Perempuan muda menyeberangi samudera, tangan kecilnya seakan hendak merengkuh luasnya dunia. Berkeluh-kesah bukan tabiatnya, menunggu hujan emas telah ia singkirkan dari anganya.

Poniyah, perempuan lugu melanglang buana. Malaysia, singapura, kini di Saudi Arabia. Bukan plesiran menghabiskan warisan, tapi mencari sesuap nasi sebagai kepastian. Delapan belas tahun meninggalkan rumah, tiga anaknya tumbuh besar tanpa sempat merasakan belaianya.

Poniyah perempuan berhati baja ditempa derita. Pernah dikejar-kejar pria Bangladhes bahkan hampir dirudapaksa, pernah punya majikan gemar menyiksa dan menganiaya.

Poniyah tak pernah sekolah, hanya perempuan lemah meniti kejamnya dunia. Tak melawan meskipun gaji sering tak dibayar, tak menjerit meskipun rindu anak seperti teriris.

Demi apa Poniyah menanggung derita?

Demi apa puluhan tahun terpisah dari keluarga?

Jika Kartini hidup di masa kini, kan dipeluknya Ponia dengan airmata tertumpah.

Poniyah belum hendak pulang, hingga menyaksikan anak-anaknya menjadi orang.

Jangan tanya tentang ridu, jangan ceritakan makmurnya negeri tercinta. Poniyah berjuang demi cita-cita.

*****

Baganbatu, mei 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun