Sepagi ini. Perempuan tua dengan jarit lusuh bermotif bunga sepatu, berjalan terbungkuk-bungkuk memuliakan sesuatu. Dua ikat daun pisang, sepuluh ikat kecil pakis hutan dalam buntalan.
Embun masih bergerombol. Memandang dan membicarakan keindahan bunga sedap malam, berbisik dan menggumam dalam temaram. Bahkan gelap. Lampu-lampu jalan tak menjangkau jalan pegunungan. Diselimuti hutan.
Langkah kaki itu telah ribuan kali melewati, tanah lumpur bercampur batu gunung letusan Semeru. Langkah yang di kenali, gemeretak ranting kering merindukan melayani. Menjadi abdi bagi kaki kurus sejak zaman revolusi. Melintasi, melewati, setiap pagi.
Perempuan tua tersenyum kepada semua. Pohon tinggi menjulang, semak ilalang yang sebagianya mulai hilang. Tetap tersenyum, meskipun kekasih hatinya di bedil tentara Dai Nippon. Itu sudah sangat lama. Tapi perempuan itu tak jua berubah.
******
Baganbatu, april 2021