Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Rumahku

27 Februari 2021   06:53 Diperbarui: 27 Februari 2021   07:02 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangku kayu. Meja usang dengan kaki hampir patah. Diciumi debu sekujur permukaan. Diam menampung tangis dan tawa, bersemedi menunggu nasip akan berubah.

Dua puluh lima tahun yang lalu. Di antara derit tiang genting ditiup angin, aku lahir. Menambah beban rumah ini. Satu cerita bermula.

Di setiap jengkal lantai tanah penuh nostalgia. Bapak-ibuku yang bersahaja, adik dan kakak yang kini entah di mana. Suratan takdir mencampakan begitu saja, dan dinding reot rumah ini mencatatnya. Dengan seksama.

"Pulanglah, walau sebentar." itu pesan yang ku terima. Entah laba-laba tua di ujung jendela yang mengirimnya, atau tungku hitam penuh jelaga yang rindu nostalgia.

Rumahku. Aku memelukmu. Apa adanya.

*****

Baganbatu, februari 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun