Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Balada Seekor Nyamuk Malaria

3 Desember 2020   06:33 Diperbarui: 5 Desember 2020   04:59 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di semenanjung senja, tatkala sang pemberi waktu meneriakan aba-aba,tugas pemberi titah hendak terlaksana. Kepak sayap mempertegas alur cerita, suasana menjelang pekat sememang memanjakan naluri haus darah.

Dalam tangkupan dahan marpoyan, di kesendirian melabuhkan kerisauan. Duduk termenung laksana cuilan patung, dengan sayap bergambar luka bekas tembakan, wajah tirus menandakan kurang pasokan. Entah zat besi, atau sekedar keberanian melewati ranjau tepukan kanan-kiri.

Mendengung, nging nging nging. Itu berubah tangisan. Saat berpesta menjelma malapetaka, waktu bersuka ria mencipta nelangsa.

"Alat penghisapku rusak, mata tak jelas menentukan sasaran, saraf-sarafku beku di rundung kengerian". 

Darah manusia telah tercampur pekatnya dosa, aroma busuk oleh ketamakan tiada terkira. Ini jenis manusia tak pernah ku jumpa sehari yang lalu, kini berhimpitan antri mendonorkan kepalsuan.

*****

Bagan batu, desember 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun