Aku menemukanmu. Di antara keruwetan simpang-siur kepentingan, terjerat manik-manik gemerlap malam yang menikam. Sekelebat, kemudian lenyap. Sekedipan mata, abadi tak nyata.
Sangkamu. Aku pengecut yang tunggang-langgang, berpencar antara naluri dan hayalan, menunduk dan menelan batu kerikil sekali telan. Persoalan, kerumitan, adalah tatapan.
Aku menemukanmu. Memamah beton berlampu merah dengan riang. Biasa katamu, sekedar mengulur waktu, dalilmu.
Sangkamu. Jejak-jejak merapi mudah terhapus seperti dulu lagi. Salahmu kawan. Bahkan hujan badai tak sanggup menyentuh ujung memori.
Aku menemukanmu. Adakah ini anugerah atau bencana?
*****
Baganbatu, 29 oktober 2020