Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Seketika

21 Oktober 2020   05:00 Diperbarui: 21 Oktober 2020   05:15 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seketika. Langit terbelah dalam tujuh warna, memangsa setiap apa yang di naunginya. Tanah tinggi tersungkur lumpuh tumpuanya, samudera bergejolak, perut bumi pula ikut berontak.

Seketika. Matahari dan bintang meluncur hendak menghancurkan, bulan dan planet bekejaran penuh rajam. Tiang-tiang cakrawala patah berkeping-keping, daya tarik bumi menghilang tersapu bimbang.

Seketika. Manusia-manusia telanjang dari pernik duniawi, mondar-mandir dalam kebingungan tak bertepi. Bayi terlunta di tinggal ibunya, sanak saudara tak hirau memikirkan nasip dirinya.

Seketika. Takut menyergap, penyesalan menguat. Rona wajah pucat pasi menanti kepastian, lari tak menyelamatkan, sembunyi tak ada ruang kosong untuk perlindungan.

Seketika. Mungkin hari ini, bahkan detik ini.

*****

Baganbatu,21 oktober 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun