Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Wanita Berpayung Malam

11 Juni 2020   19:44 Diperbarui: 11 Juni 2020   19:57 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam pelukan malam, wanita tua itu menyusuri dingin jalanan. Mengobrak-abrik tong sampah, menjungkir balikan jiwa yang menyaksikanya. Sekejap tanganya bergerak cepat, memilah dan memilih makanan lezat, meski yang ada adalah sisaDalam lindungan gelap, wanita tua itu menyembunyikan kedukaan. Anak-anaknya mati terserang wabah, kekasihnya pergi karena wajahnya tidak lagi muda. Tinggal ia sendiri menyusuri malam, membaca jejak tapak kaki yang tertinggal, dengan pengharapan menemukan kebahagiaan yang pernah di ciptakan.

"Ibu......., ibu.......," bangku taman, tong sampah,dan tiang lampu jalan memanggilnya. Merekalah anak-anaknya kini, setiap malam di peluknya dengan berjuta perasaan. Seperti rembulan memeluk malam, seperti matahari memeluk siang. Seperti seorang ibu memeluk anak terkasih dalam peperangan.

Dalam dekapan kelam wanita tua itu memeluk kenangan. Rumah mungil penuh keriangan, canda tawa memenuhi langit ruangan, senyum merekah menghiasi setiap jengkal pemandangan. Anggrek bulan, dahlia dan mawar, berbaris rapi menyambut tuan pemilik kebahagiaan.

Itu dulu! Sebelum prahara merenggut semuanya, sebelum derita memaksanya menaiki kendaran duka entah kemana. Menyusuri malam,   karena hanya gelap yang masih bersahabat. Mengunjungi sepi, karena hanya sunyi yang berbaik hati menyanyikan lagu memori. Selebihnya menganggap ia sampah, mencampakan dengan tega tanpa rasa iba.

Dalam genggaman dingin, wanita tua itu menolak untuk menggigil. Menyalakan api harapan, menaburkan jejak pencarian pada aspal jalanan. Panjangnya trotoar, ramahnya emperan pertokoan, terangnya lampu jalan, harumnya tong sampah oleh makanan sisa, itulah teman setia dalam pencarian.

Tetap berjalan kemudian terdiam, terbaring dan terlelap dalam pelukan gelap, mencari dan mencari dalam naungan sunyi. Sepanjang jalan, selama malam masih sudi menjadi teman.

Bagan batu, di suatu malam bulan juni 2020.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun