Dor!
Peluru melesat melebihi cahaya, menembus raga dengan keberanian masih menyala, matanya nyalang menantang malaikat maut yang menjelang, tanganya terkepal penuh amarah hendak menghajar. Tapi sedetik kemudian, para setan yang bersemayam, yang menjadikan tubuh sebagai kerajaan, tercerai-berai melompat meninggalkan, membiarkan raga dan sukma kelojotan menanggung beban. Tidak ada kawan, tidak ada ikatan. Tidak merasa pernah saling membisikan dalam kejahatan.
Dor!
Petugas berjaket cokelat, wajah tegar todongkan moncong senapan, enam butir peluru siap menghujam. Â Dor pertama sebagai peringatan, dor kedua masih memberi kesempatan, dor ketiga tiada ampun bagi para preman.
Dor!
Di saksikan para begundal, di hadapan mang Dirman menggigil ketakutan, tubuh penuh tato dengan telinga bertindik subang, terjengkang menabrak gerobak dagangan. Dadanya berlubang, mangkuk bakso pecah berserakan, kuah berwarna merah berceceran di sepanjang trotoar.
Dor!
Nyawa melayang di keremangan malam, nyanyian  serangga malam terdengar mengalun pelan. " selamat jalan jahanam, selamat menempuh hidup baru di alam pertanggung jawaban." Sampai jumpa di neraka jahanam. Doa para bajingan mengiringi, tangisan para mafia dalam ruang tersembunyi.
Bagan batu, mei 2020