Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Puisi | Menebus Derita dengan Lara Seumpama Karma

9 Mei 2020   11:17 Diperbarui: 9 Mei 2020   11:09 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lajuku perlahan, bahkan sangat pelan, padahal ombak telah setinggi pinggang, menenggelamkan hatiku di air pasang penasaran, merendam sekian byte memori yang berubah segera usang. Telah tercampur kenangan itu dengan dingin yang mengekang, telah tergores perasaan oleh gempuran gelombang yang menyesakan.

Pandanganku memudar, sekian titik kecil berubah menjadi penghalang, jalan napasku tersendat oleh duka lara yang tak terbilang. Hendak berhenti, tapi air pasang dan gelombang melecut hati, menimbulkan pedih yang membakar ujung memori. Ini rasa yang hanya ada di sebalik lara, percikan bara api kecil tapi sanggup membakar perasaan, mendidih dan meregang dalam satu tarikan nafas. Tanpa jedah waktu, tanpa kesempatan untuk sekedar menidurkan pilu.

Dalam kegamangan yang memenggal angan, aku masih hendak berenang di samudera air mata, melintasi pusaran arus yang membingungkan, menggapai tanganmu berkuku merah dengan cincin pertunangan. Semakin jauh aku menyibak gelombang, terasa hadirmu semakin tak terjangkau tangan lemahku.

Maafkan atas dukamu, ku akui aku terlalu egois ketika itu. Tak mampu di goda angin utara yang berbisa, tak mampu menahan riak gelombang bermotif prahara. Biarlah ku renangi samudera tak bertepi, biarlah ku arungi gelombang pasang yang bertubi-tubi, biarlah tubuhku tercabik-cabik, biarlah ragaku menjerit di tengah rasa perih, biarlah terkoyak-koyak jiwa yang telah menimbun luka dengan dusta.

Biarlah..., hingga suatu saat nanti, ketika ombak tak lagi meninggi, angin yang membadai mulai memaklumi, hatiku masih mampu menemuimu, menyampaikan sesal yang membelenggu, menyatakan maaf tanpa menunggu jawabanmu.

Karma ini biar aku sendiri yang menanggung pedih, biarkan hatiku menemuimu di suatu saat nanti.

Bagan batu, mei 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun