Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | [Corona] Misteri Malam Tangisan Bidadari

20 April 2020   06:53 Diperbarui: 20 April 2020   06:48 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam baru tegak dari secangkir kopi, uap panas beraroma luwak asli memenuhi bibir curam padasnya hati, semriwing lecutan angin memagari nuansa malam dari jilatan sisa matahari. Panas menyambut panas, kipas berbalas kipas. Jemari lentik tergeletak di atas meja, kuku bercat merah dengan stempel tulisan dewa asmara.

Sedetik setelah penanggalan kebo dongdang melewati mayapada, dongeng-dongeng percintaan menjelma menyerupai arca cahaya.  Pendaran cahaya menemukan halaman tahta, membentuk sejuta garis miliaran pertanda. Meluncur turun membawah tita sang perindu pendamba rasa.

"Duh Biyung, tresnoku wurung." Ratapan pedih cendana menada iba, lusinan asma pengisi hati moksa menyeberangi pembatas raga, berceceran keluhuran romansa menitikan air mata hampa.

Malam kembali menjelma samudera gelap, kerlip pelita kehilangan wibawa menyatakan kehendak, arah mata angin seketika berubah menyerupai gelisah jiwa."bidadariku menggelepar di meja nirwana," tiga sulaman memori turut rapuh menyerupai serpihan pinta, tiap serpihanya meneriakan nama kasih sayang yang telah hilang.

Bagan batu,April 2020 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun