Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Maaf Pak Jokowi, Saya Masih Keluyuran

2 April 2020   08:22 Diperbarui: 2 April 2020   18:57 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi para pembaca yang kini lagi adem ayem berdiam diri di rumah bersama keluarga, atau anda yang kini mulai bosan dan gelisah karena merasa di penjara di rumah sendiri, jangan iri apalagi mencaci-maki saya yang sampai saat ini masih keluyuran di luar rumah.

Jangan pula ada prasangka sampai fitnah seolah-olah saya mendapat keistimewaan dari pemerintahan Jokowi untuk tetap bebas kesana-kemari di tengah wabah corona yang sedang menggila. Bukan sama sekali!

Jika hari ini saya dan mungkin ada ribuan orang lain yang tetap keluyuran keluar rumah, itu semata-mata karena demi mencukupi nafkah keluarga. Jika anda yang berdiam diri merasa iri dengan keadaan saya dan orang lain yang masih berkeliaran kesana-kemari, sesungguhnya saya pun ngeri dengan keadaan. Tapi kondisi yang memaksa pula harus tetap berjuang demi perut sejengkal.

Siapa sih yang tidak ingin tetap di rumah berkumpul bersama keluarga di zaman serba tidak pasti ini, siapa sih yang tidak ingin terhindar dan tidak menjadi penyebab penularan virus corona? Yang hari ini tetap nekat keluar rumah berdesakan dengan orang banyak,bertemu dan berkumpul dengan orang lain demi pekerjaan, sesungguhnya punya kehawatiran yang sangat besar tentang kemungkinan tertular virus corona.

Sebagai seorang muslim yang ingin menerapkan ajaran agama tentang kepatuhan dan ketaatan kepada pemimpin sebagai bagaian dari ajaran agama islam, anjuran pemerintah untuk tetap di rumah untuk mencegah penyebaran virus corona adalah sebuah amanah dari pemimpin yang seharusnya di taati dan di patuhi.

Tapi masalahnya adalah, jika orang-orang seperti saya harus berdiam diri di rumah untuk sekian waktu yang  belum tahu entah sampai kapan, siapa yang akan memberi makan anak istri? Dari mana orang-orang seperti saya yang kerja sehari untuk makan sehari mencukupi kebutuhan keluarga?

Masalahnya sangat sederhana, cukupi kebutuhan kami, maka berdiam di rumah sampai wabah mereda bukan masalah. Harus di ingat bahwa kebutuhan kami orang-orang miskin ini bukanlah harus sesuatu yang mewah dan serba ada.

Orang-orang seperti saya ini biasanya sudah terbiasa puasa senin-kamis, puasa nabi Daud, dan jenis puasa sunah lainya. Itu artinya kami ini sudah terbiasa hidup pihatin dan apa adanya. Sehingga pemerintah tidak perlu membuat anggaran yang begitu besar untuk mencukupi kebutuhan rakyat miskin selama wabah corona.

Harapan saya hanya satu, setelah artikel ini terbit di Kompasiana, kemudian di baca aparat pemerintah [entah itu bupati, Gubernur, Menteri,syukur-syukur presiden sendiri] kemudian hari ini juga mengadakan rapat terbatas dengan menteri terkait, agendanya hanya satu, "selamatkan orang-orang seperti Kang Marakara dari dampak corona."

Selesai rapat terbatas bantuan langsung di salurkan. Bila perlu libatkan BIN untuk memastikan bahwa orang-orang seperti Kang Marakara itu memang ada bukan siluman. Gunakan kecepatan dan ketangkasan pasukan khusus untuk menyalurkan bantuan. Kerja dalam senyap tapi tepat sasaran. Anggaran tidak terbuang, rakyat terbantu tanpa khawatir ada yang menyelewengkan bantuan.

Jika tidak ada yang membaca artikel ini? Tetap keluyuran mencari nafkah seperti biasa. Berusaha sedaya upaya untuk tetap berguna kepada sesama. Tapi seperti kta raja dangdut bang Rhoma, terlaluuuuuuuu.......

Salam lawan corona

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun