Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Jendela-jendela Renungan Kalbu

11 Maret 2020   06:54 Diperbarui: 11 Maret 2020   07:10 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membicarakan hujan adalah berkisah tentang diriku. Begitu pengakuan hadirmu, begitu rasamu yang engkau tahu. Memberi nostalgia setiap rintik air jatuh dari angkasa, menimbulkan getar sanubari tatkala butir demi butir dingin menyentuh sudut-sudut jiwa. dan engkau menyebutnya sebagai bukti cinta yang tak pernah membeda-bedakan  siapa dan bagaimana

Duka itu telah lama sirna. bahkan dari kamus kehidupan yang selalu ia baca. hanya ada dua kata yang masih tertulis di sana, bahagia dan nostalgia. selebihnya adalah ruangan kosong tempat bermain segala kata sesuai yang engkau suka. Cinta, kesetiaan, rindu, hingga semua hurup hanya bertumpu pada ucap bibirmu

Kalbu telah di penuhi warna-warna indah, jiwa-jiwa tempat bermula tunas bahagia. apalagi yang hendak di kata?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun