Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Melangkah Pasti Menyusuri Pinggiran Hati

24 Februari 2020   15:58 Diperbarui: 24 Februari 2020   16:19 1798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mari aku tunjukan untukmu, sebentuk perjalanan yang melintasi sejuta titian mimpi dan bantalan imajinasi. Berayun dari setiap dahan kehidupan, melompat dan berlari melewati jebakan rindu dan benci. Di sini, pada pinggiran hati yang cenderung menangisi setiap sisi kenangan bahagia ataupun sedih, kehilangan atau mendapatkan, semua susunan memori telah membentuk semacam prasasti. Tentang perjalanan ini, tentang engkau dan aku yang datang dan pergi tanpa kata perpisahan, kecuali senyum yang menusuk perasaan

Ini jalan kita. padang savana yang maha luas, berhias serpihan pelangi di setiap persinggahan. masih seperti sediakala, saat kita pertama menentukan langkah dengan perasaan berbunga-bunga, bergandengan tangan menguatkan rasa bahwa kita benar-benar ada. 

lihat bunga melati di ujung jalan, tak pernah henti tebarkan harum kesucian, layu satu pasti menyusul seribu kuncup menggantikan, menandakan bahwa cinta itu terus berkesinambungan. tak cukup satu yang terkorban, tak cukup kata sebagai pembuktian, melati itu sedang mempertontonkan sebuah keluhuran. Cinta itu seumpama kelopak bunga terbang di hembus sang bayu, yang tinggal adalah tangkai kenangan yang merindukan

Istirahatlah di kaki cakrawala, kan ku persembahkan tarian rama-rama berjuba nirwana, gerakan meliuk dan berputar yang sempurna di mata para dewa, menjadi obat lelah setelah raga dan hati kita yang tak seiya sekata. Mengapa kita berjalan tatkala sekat hitam menutup pandangan? mengapa kita memaksa bersama tatkala dua hati telah terpisah sekian lama

Mungkin dua depa dari hayalan akan kita temukan istana kebahagiaan, mungkin di sebalik sungai kecil berair jernih akan di jumpai pelabuhan hati. menyusuri pinggiran hati bukan perjalanan tentang mengenang dan melupakan, menyimpan dan mencampakan. ini tentang engkau dan aku, tentang kemana dua hati kan bermuara. Bahagia atau sengsara, itu adalah bentuk dari langkah kita

Mari kita lanjutkan perjalanan. Mumpung uban di kepala belum lagi menenggelamkan, sebelum rematik dan masuk angin menjadi penghalang. kita tetap akan muda di hadapan cinta, tapi senja adalah hal mustahil kita lupakan

Bagan batu, 24 februari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun