Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pohon Jambu

19 Februari 2020   07:18 Diperbarui: 19 Februari 2020   07:20 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Di sini, tepat dua meter di hadapanku. Berdiri dengan angkuh sebatang pohon jambu, tempat biasa aku bergulingan mempermainkan perasaan ibu, menari mengitari batang kayu besar yang setia menontonku. Aku tak pandai berayun seperti mereka, memanjakan tubuh di antara dahan di ketinggian. Aku iri, tapi apa daya

Kini, di sini, tepat dua meter di hadapanku. Kenangan itu melebur dalam sebuah bangunan beton yang membisu, tak ku kenal dalam daftar kenangan, tak jua mengenalku apalagi segera memeluku dengan kehangatan

Aku rindu pohon jambuku, ingin ku mengadu tentang teman nakal di kelasku, atau mempertontonkan tarian terbaru kesukaanmu. Hilang, sekejapun tak mampu ku temukan jalan mengulang kenangan

Dia pasti merintih dalam kesendirian, tubuhnya mulai rapuh di telan lapuk dan pembusukan. Napasnya tersengal-sengal di tenggorokan, daun mulai layu dan kering tak mampu lagi menyediakan udara segar. Ngeri aku membayangkan

Belum sempat ku tunaikan cita-citaku berayun di dahan yang tinggi, belum lagi aku mampu membalas senyumnya tiap kali ku permainkan akar kesayangan dengan aneka mainan. Pohon jambuku telah hilang

Bagan batu, tidak seperti sepuluh tahun lalu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun