Marsinah telah memenuhi takdirnya. Berwajah manis dengan senyum yang mampu mengalahkan sang surya, bernyali baja sekalipun tangan-tangan durjana hendak merenggut selembar nyawa dari raga. Marsinah wanita polos yang mengunyah kepedihan kaumnya, menyaksikan dengan derai air mata penindasan dan keadilan yang merajalela
Marsinah mengibarkan bendera perjuangan di setiap dada manusia Indonesia, meninggikan kembali panji-panji keadilan yang lama tenggelam di bawah kaki kedzoliman, membuka sumbat suara-suara  penderitaan golongan terpinggirkan. Marsinah maju kedepan, Marsinah menyongsong bahaya dengan hati putih tanpa rasa jerih
Benarkah Marsinah telah mati? Benarkah Marsinah telah pergi? Benarkah Marsinah telah menjauh dari perjuangan menegakan keadilan? Tidak! Marsinah telah terlahir kembali di setiap jiwa yang memiliki hati nurani, Marsinah kini bersemayam dalam tekat dan semangat yang menggelorah dalam jiwa. Marsinah ada di sini, di nalar sehat setiap insan yang menjadikan keadilan dan cinta kasih sebagai pandangan
Engkau yang berharap Marsinah musnah, bersiap-siaplah menanggung kecewa. Cita-cita Marsinah adalah embun  mengiringi pagi, cahaya terang yang mengusai hari, dan impian malam tatkalah kelam dan gelap menenggelamkan
Engkau yang berharap Marsinah hilang di telan teror dan penyiksaan, bersiap-siaplah menerima kenyataan. Setiap di sebut nama Marsinah, ribuan Marsinah baru terlahir dari rahim zaman. Kini dan nanti, selama ketidak adilan masih menguasai bumi, selama penghargaan kepada nasip kaum terpinggirkan masih sebatas slogan, Masinah hadir menjelma dalam wujud keberanian, Marsinah-Marsinah muda siap mengisi medan perjuangan
Sedetik yang lalu, Marsinah masih bercerita tentang banyak hal. Harum perjuanganya masih memenuhi langit bumi pertiwi, semangat dan keberanianya tetap menjadi terang bagi hati
Bagan batu, mengenang pahlawan Marsinah  Â