Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Aduhai Butiran Salju Singgah Memercik Jiwa

12 Desember 2019   19:16 Diperbarui: 12 Desember 2019   19:34 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berceloteh sejenak di bawah guguran hujan yang mendengarkan, riuh sebatas mata kaki air genangan memangsa semut kecil, terhitung lima,delapan, tiga puluh dua yang terkorban. Tidak sia-sia bila nyawa adalah nyata titipan, merperjuangkanya di bawah rintik dan gemuruh hujan beraroma kejam

Ini hanya cerita makhluk lemah bawah tanah, menandai kehidupan dan kematian bagai deret angka di kalkulator semesta, bertukar kehidupan dalam kedipan mata segera berubah. Hanya sekedipan mata, semua sirna memulai dan mengakhiri peristiwa

Bila benar salju kan datang satu jam lagi, kan menindih dunia mini terhimpit dingin tak terperih. Dua derajat di bawah titik beku, atau sepuluh derajat hampir tersentuh, tiada beda antara beku dan membeku, tak perlu di cerna berapa pemanas ruangan mesti tersedia. Siapa peduli nasip mereka? Musnahpun tak berbekas dalam alam dunia

Di bawah telapak kaki banyak perjuangan, tak terkira pengorbanan demi hangatkan badan. Mungkin hanya celoteh tak bertuan dan recehan, begitulah sejatinya cara pandang sejak lama menistakan

Bagan batu hampir malam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun