Mengumpulkan butiran embun dibawah reruntuhan peradaban, daun-daun kering berserakan seakan mengotori zaman, ranting telah patah dimakan ngengat kemunafikan. Kemana hendak ku simpan sisa-sisa embun? Agar jilatan matahari tak memberangus hati nurani
Jauh di lubuk hati yang paling dalam, hujaman peristiwa pasti menimbulkan kesan, menangis kadang mata menyaksikan, teriris selubung hati tak mampu merubah keadaan. Tanganku tak terlalu kokoh menahan beban kehidupan, begitu sering kali alasan di dalilkan
Mungkinkah memanen embun di terik matahari? Bila teriakan dan jeritan tak mampu menembus pekatnya hati, embun pasti nelangsa di rajam sang surya, sejuknya telah musnah seiring tangis dan airmata yang tertumpah
Ke mana aku hendak berlari? Adakah tempat mengekalkan embun pagi, setiap jengkal telah di penuhi kebencian, setiap ruang di jejali jeritan kepiluan. Tunjukan padaku bumi yang masih asri, tempat kemanusiaan di junjung tinggi, tempat kasih sayang masih sejuk seperti embun yang abadi
Jangan salahkan matahari bila engkau terpanggang nanti, jangan kumandangkan slogan bila hatimu mengingkari, embun-embun telah menjadi saksi, kesejukan tak menyukai kemarahan yang bersumber dari kedengkian hati
Bagan batu 6 oktober 2019