Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Manusia Asap

16 September 2019   16:06 Diperbarui: 16 September 2019   16:13 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku lahir dari keluarga asap, kulitku hitam pekat bahkan berkilat. Bapakku mulutnya terus berasap, motor butut satu-satunya harta warisan juga berasap. Jangan tanya tentang ibuku, wajah ayunya berubah semu karena asap dari tungku selalu merayu

Lihat KTPku, arang bin jerebu itulah namaku. Konon karena lahirku penuh liku yang tak semua orang tahu. Ibuku ditandu di antar asap untuk melahirkanku, terbatuk-batuk motor tua milik bapak tak mampu berbuat banyak

Kalian yang ribut tentang asap, itu adalah jatidiriku, menggendongku setiap kemarau menjelang, menidurkanku di antara bayang-bayang. Aku terlelap dalam pangkuan, asap bagai saudara kandungku yang rupawan

Bagan batu 16 september 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun