Merunduk jalan terbungkuk-bungkuk, menyusuri cadas hitam kehidupan, mengais di sela akar marpoyan, tak pernah mendongakan kepala barang sebentar
Bayangan roboh di rerumputan, jeritan tertahan di ujung tenggorokan, perlahan titik air mata berjatuhan, mengaduk lumpur dan debu menjadi bahan
Kemana matahari ku menghindar, usah mengharap sekedar bayangan, compang-camping asa berceceran, dua tiga tegukan embun menghanguskan
Mengapa matahari mengikutiku, tikamkan cahaya menusuk kalbu, biarkan sejenak aku merubah jejak, kan ku usap garis masa menuju era
Bagan batu 20 agustus 2019
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!