Ku tulis puisi ini ketika lelah masih bergelayut manja, keringat membasahi setiap diksi, bau tanah dan debu membaur memenuhi arti. Aku tak peduli, walau perut seharian tak terisi, bait pertama mesti rampung sebelum senja datang menagih janji
Maafkan aku kawan, puisi picisan yang bisa ku persembahkan. Tulang gemeretak menahan beban, mata layu seharian menatap gumpalan awan. Tak perlu engkau hina, ini hanya sekedar pengusir lelah lewat diksi bersahaja
Puisiku bukan karya sastrawan, apalagi berharap kedalaman makna yang terpendam, setiap goresan kata hanya pengalaman banting tulang,, setiap rima hanya  tarian harap sang pekerja kasar
Jika engkau lihat nokta hitam di sela kata, itu tetesan keringatku yang tak sengaja. Jika engkau tak mampu melihatnya, mungkin tangan malaikat telah bermurah hati menghapusnya
Bagan batu 15 agustus 2019