Terik siang tumpah dari awang-awang, kuku tajam mencengkeram ubun-ubun sang pejalan. Aroma aspal terbakar becampur keringat menguar, penuhi angkasa kosong tanpa makna, mendidihkan rasa yang teperangkap di dalamnya
Buih-buih keserakahan berserak sepanjang jalan, mengubah warna aspal legam tak bertuan. Dusta berserakan di selokan, butiran derita di kunyah bersama angan, sepanjang perjalanan siang, hanya sampah kemunafikan berjumpalitan kegirangan
Jalan beraspal menjerit terlindas roda zaman, aneka kepura-puraan mengotori pakaian siang. Jiwa-jiwa nelangsa di balut pakaian kebesaranya, hilir mudik meninggalkan jejak di aspal membara
Sebentar siang menarik terik, aspal terkelupas pedihkan hati. Ini bukan mainan siang memanggang gersang, ini bukan panggung terang memaksa diri, semua tentang pikiran picik terkunci nurani, mengatas namakan kepentingan mengangkangi kemanusiaan
Bagan batu 2 agustus 2019