Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puisi | Meniti Siang dengan Menghancurkan Terang

22 Juli 2019   11:06 Diperbarui: 22 Juli 2019   11:20 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Engkau remukan siang dengan palu kesombongan, berjalan membusungkan dada karena berada, suara menggelegar bagai sang halilintar mengusai hujan. Remuk redam bahkan kepingan debunya tak tertinggal, hilang di sapu bayu, lenyap di semak belukar pikiran

Siang menangis panjang, topeng-topeng penutup wajah mulai lekang. Keringat dusta mengering di jalanan aspal, caci maki membubung di gedung yang menjulang. Engkau terlena angin sepoi-sepoi, engkau terlupa hadirnya diri, siang telah remuk di peradaban

Jerit tangis bekeliaran di gendang telinga, rasa miris menerobos di antara laci-laci meja. Tiada yang tersentuh walau itu mengundang pilu, tiada yang merasa walau itu mengundang iba. Semuanya hambar membentur keangkuhan

Meniti siang dengan menghancurkan terang, tempat menyembunyikan kebobrokan dari pandangan. Senyum di wajah sebagai hiasan, tutur kata manis tak lebih hanya sekedar ucapan

Bagan batu21 juli 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun