Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Puisi | Demokrasi di Ujung Lidah

30 Juni 2019   09:04 Diperbarui: 30 Juni 2019   09:19 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata pertama setelah nyata kalah adalah "pengakuan". Bukan hanya pada lawan, bukan pada kerumunan. Tapi pengakuan pada diri sendiri, mengakui ini bagian demokrasi. Itu yang termaktub dalam kitab-kitab para patriot sejati

kata pertama setelah keputusan adalah ucapan"selamat." Bukan hanya untuk konsumsi televisi, tidak juga sekedar basa-basi. ucapan adalah bukti bagi para ksatria, pengakuan adalah tanda jiwa yang mumpuni

Bila demokrasi hanya di ujung lidah, sementara hati masih di penjara rasa tak terima, kata dan ucapan bagai embun di sapu matahari, sekedar pengakuanpun akhirnya tak berani. Mungkin nanti, nanti,atau nanti,  sampai basi

Mau di bawa kemana harga diri, hendak di olah seperti apa demokrasi. Lima tahun lagi kembali terjadi, lima tahun lagi tetap tak berani. Demokrasi hanya permainan kata, demokrasi hanya mengelabuhi fakta. Demokrasi di ujung lidah

Bagan batu 30 juni 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun