Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Pria Tua dan Anak Lelakinya

27 Juni 2019   20:29 Diperbarui: 27 Juni 2019   20:33 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senja membentang hingga alam datar, liukan rajawali seperti tergopoh hendak pulang. Jauh mata memandang batas cakrawala, menembus barisan gunung, menyelam di kedalaman samudera.. itu jalan yang harus di tempuh, itu masa yang tak mau menunggu

kepalan tangan sebagai bekal, kokohnya kaki sebagai penopang. Kepada siapa tongkat estafet hendak di serahkan, kepada siapa barisan mimpi hendak di titipkan.tidak ada yang mau menunggu, tidak pula perlu termangu

Lelaki tua tunjukan jalan menjaring senja pada anak lelakinya, mengumpulkan keping-keping asa sebagai terompah. Lelaki tua memandang dengan cahaya cinta, harapkan sang penerus seorang kesatria

Senja menghilang malam menjelang, dua pasang mata tanpa bersuara saling bercerita, gumamkan doa-doa sebagai lentera. Pria tua dan anak lelakinya, melangkah bersama tapi dengan arah yang berbeda

Bagan batu 27 juni 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun