Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Patah dan Patah

27 Juni 2019   06:58 Diperbarui: 27 Juni 2019   07:00 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ranting-ranting patah, di injak angin tenggara yang merajalela, melompat dari satu keinginan demi keinginan. Patah dan patah, ketika butiran debu yang menyertai, menyapa angkuh hendak kelahi

Hati patah, di hempaskan gulungan janji tak bertepi, memberi secawan mimpi tapi tiada bukti. Patah dan patah, ketika kata-kata bak pedang dewa pemancung asa, menyembelih segenap jiwa dengan sangat sakitnya

Siang tlah merasakan, malam tlah menjeritkan. Hati patah, jiwa patah,harapan patah, patah dan patah. Bahkan rembulan turut memperparah, berikan sinar terindahnya.

Mungkin ini akhir episode patah hati, tak perlu di ulangi, tak perlu di kenang lagi. Esok tak ada yang perlu tersakiti, hatiku tlah patah di bawa  gulungan memori

Bagan batu 27 juni 2019

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun