Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Amarah Siang Ini

16 Juni 2019   13:33 Diperbarui: 16 Juni 2019   14:30 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kaca-kaca pecah di hantam kata-kata, tiang-tiang menarah patah di terjang dusta. Bagaimana mungkin dua hati yang mencinta saling menyiksa, bagaimana mungkin dua rasa yang konon tlah seirama saling memangsa. Itu tak ku mengerti, harus ku akui

Bagaikan matahari dan bumi yang tlah sehati, di pisahkan malam tapi pagi menjelang kembali memadu kasih. Engkau mengagungkan cinta, ku hasratkan tetap setia. Tapi di setiap ujung siang kita memaki,di setiap ujung siang kita meracun diri

Haruskah berakhir dengan sobekan luka di dada, haruskah berakhir setelah salah satu di antara kita menjadi tumbalnya. Kemarahan ini hampir-hampir menghapuskan semua setia, mencampakan segala yang ada kedalam bara membara

Kesetiaan kita mulai berubah, kasih sayang kita jadi banyak ulah. Mungkinkah amarahmu di siang ini sebagai pertanda, sejauh-jauhnya kita melangkah bersama, namun hati kita saling mendusta

Bagan batu 16 juni 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun