Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Puisi

8 Juni 2019   21:02 Diperbarui: 8 Juni 2019   21:03 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Huruf pertama dari puisi ini hadir bersama rintik hujan, di temani gelegar petir yang bersahutan, di ombang-ambingkan deru topan yang meluluh-lantakan perapian. Aku hampir beku, bahkan ketika bait pertama belum ku ketik-kan

Entah apa maksud puisi ini, aku sendiri sudah terlanjur membenci. Menuangkan kata-kata tapi tak peduli makna, meletakan titik dan koma sekedar rambu rambu baca. Aku bahkan tak peduli bila diksi-diksinya tumpang tindi, seperti tak pedulinya jilatan api melahap kayu mati

Engkau boleh menafsirkan sesuka hatimu, menambah dan mengurangi hurufnya aku tak masalah. Atau kita sudahi saja membaca, campakan segala akal sehat ke keranjang sampah. Mari kita berdebat tentang politik, munculkan segala alibi sebagai pembenar, bila itu di anggap lebih bermartabat

Ah...sudahla, tak perlu menulari dengan yang tak pasti, ijinkan aku bermohon diri, membaringkan segala imajinasi ke pembaringan ber-api

Bagan batu 8 juni 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun