Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tetap Menghormati Habaib Meskipun Berbeda Prinsip

18 November 2020   07:27 Diperbarui: 18 November 2020   07:30 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menghormati dan memuliakan habaib. (picuki.com)

Kita perlu mengikuti tindakan dan ucapan habaib yang benar. Tapi bila ternyata mungkin kok ada habaib yang jelas-jelas melakukan suatu tindakan yang salah, tidak harus diikuti. Tapi menghormati itu tetap harus dilakukan. 

Kita perlu membedakan, antara kewajiban menghormati, mengikuti, dan mentaati. Menghormati habaib itu suatu keharusan, bagaimanapun juga. Tapi bukan berarti setiap habaib juga harus diikuti perbuatan dan tindakannya. 

Seperti halnya kita menghormati orang tua itu adalah kewajiban. Bagaimanapun juga orang tua kita harus kita muliakan. Tapi bukan berarti setiap perintah orang tua harus diikuti dan dijalankan, jika jelas-jelas itu perintah yang menjerumus dalam perbuatan dosa. 

Dalam kehidupan sehari-hari, andaikan kok saya bertemu dengan seorang habaib yang kontroversial, maka saya tetap akan memuliakan beliau. Mempersilahkan beliau berkunjung dan mampir ke rumah saya, mencium tangannya, dan menjamu dengan jamuan makanan sebaik-baiknya. 

Tapi bukan berarti saya akan mengikuti hal kontroversial yang dilakukan oleh beliau. Menjadi fanatik buta. Sebab kita perlu memilah dan memilih, mana yang benar dan mana yang salah. Yang benar perlu diikuti, dan yang salah tidak harus. Tapi itu tidak lantas menghilangkan kewajiban untuk memuliakan beliau. 

Beda pendapat, beda ormas, beda prinsip itu sah-sah saja. Wajar saja ada perbedaan. Tapi bukan lantas perbedaan itu mendatangkan kebencian dan ketidaksukaan, yang berujung pada cacian dan makian. 

Perbedaan pendapat dan prinsip biarlah menjadi perbedaan, tapi menghormati dan memuliakan habaib itu sampai kapanpun juga dalam kondisi bagaimanapun juga tetap harus kita lakukan. 

Keturunan Rasulullah shallahu'alaihiwasallam diibaratkan seperti air, dimanapun beliau-beliau berada, maka akan memberikan manfaat. 

Al Imam Syafi'i dikatakan pernah menggubah sebuah syair. 

#

#  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun