Di Malang ada radio Senaputra FM yang gigih mempromosikan bahasa daerahnya, sehingga akhirnya menjadi semacam ciri khas. Tapi sekarang umumnya bahasa Indonesia lebih banyak dipakai.
Media promosi seperti itu tentunya efektif. Berawal dari lagu, kemudian menciptakan rasa penasaran. Berawal dari karya tulis, kemudian akan mengundang ketertarikan. Atau mungkin dengan usaha lebih, seperti adanya Hari Bahasa Daerah, atau Hari Bahasa Ibu Nasional. Mengingat Hari Bahasa Ibu Internasional sudah ada dan resmi ditetapkan UNESCO. Diperingati setiap tanggal 21 Februari.
Tentu saja sayang sekali, bahkan bahasa krama inggil saja seperti sudah hampir kehilangan penuturnya. Dulu orang Jawa biasa mengajari anaknya berbahasa halus, ada orang tua yang langsung mempraktekkan dengan cara bila berbicara kepada anak-anak mereka, mereka memakai bahasa krama.Â
Dulu waktu saya kecil saya masih melihat keluarga yang demikian. Tapi sekarang sudah hampir tidak saya lihat. Semoga daerah yang lain tidak.
Sekarang walaupun masih banyak yang bisa berbahasa krama inggil, tapi kadang juga masih sering salah penempatan. Kadang merasa agak gimana, saat mendengar adik saya mengucapkan kata "kundur" atau "dahar" untuk dirinya sendiri.
Sesekali adik saya juga bertanya, tentang apa bahasa krama dari kalimat tertentu. Dengan semangat semacam ini, saya perlu memberikan apresiasi. Walaupun kurang fasih, setidaknya ada kemauan untuk belajar.
Bagaimana bila suatu saat nanti anda punya seorang anak? Apakah berencana akan menggunakan bahasa krama halus atau bahasa ibu dalam percakapan sehari-hari kepada sang anak, atau bahasa apa saja juga boleh? Yang penting nyaman...
***
Sekian...