Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membedakan antara Open Minded dan Close Minded

30 Juni 2020   05:30 Diperbarui: 30 Juni 2020   05:48 5074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah mendengar konsep berpikir open minded? Apa maksudnya? Pentingkah berpikir dengan open minded?

***

Open minded sendiri adalah istilah dalam bahasa Inggris untuk berpikir terbuka. Atau "Willing to listen to other people and consider new ideas, suggestions, and opinions." Mau mendengarkan orang lain dan mempertimbangkan ide-ide, saran-saran dan pendapat-pendapat baru.

"Willing to consider ideas and opinions that are new or different to your own." Mau mempertimbangkan ide-ide dan pendapat-pendapat yang baru atau berbeda dengan milik anda.

Mungkin terlepas dari saat kita memaknai definisi singkat tersebut memakai makna yang lebih luas, seperti sikap mau menurunkan egoisme, dengan menerima kebenaran dari siapapun, meskipun beda golongan, beda aliran. Beda prinsip, bahkan berbeda agama.

Apa bedanya dengan toleransi? Lantas, apakah dengan demikian seseorang bisa dikatakan liberal, bahkan radikal? Menyimpang, karena menerima pendapat dari orang yang berbeda paham?

***

Hakikat sesuatu itu kadang bisa dalam beberapa kondisi. Jika ada sesuatu, dan banyak pendapat tentang hal tersebut, maka kemungkinannya ada beberapa. Pertama, bisa saja salah satu pendapat adalah benar.

Kemungkinan kedua, bisa jadi kedua-duanya salah. Dan opsi terakhir, belum ada yang berhak untuk memutuskan tentang kebenaran tersebut, karena belum ada hak prerogatif dan otoritas yang sah.

Sekarang ini mudah mendapatkan informasi, namun tidak menutup mata bahwa kadang faktanya tidak mudah untuk selalu bisa mendapatkan informasi yang berkualitas. Maka sebisa mungkin, sudut pandang harus bisa luas.

Tentunya seseorang boleh berpikir terbuka. Sebab dengan hal itu manusia bisa belajar dari siapapun. Karena memang kebenaran itu bisa datang dari siapa saja. Bahkan dari orang yang tak terduga. Seperti "nasihat" perampok kepada imam Ghazali yang mengubah beliau menjadi orang yang semangat dalam menghafalkan pelajaran apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun