***
Tambahan...
Tak sengaja saya menemukan wacana menarik. Ini agak melenceng dari diskursus teologi. Karena membahas wacana kemunculan ushul fikih manhaj Mu'tazilah yang katanya tidak lepas dari gerakan teologis.
Melengkapi khazanah dalam buku tersebut. Artinya, Muktazilah sebagai paham teologi yang kuat pada masanya, ternyata memiliki ruang tersendiri untuk ushul fikih. Banyak kitab-kitab ushul fikih Mu'tazilah.
Yang menarik adalah mengapa mereka memiliki konsep ushul fikih, namun tidak membangun fikih sendiri? Sebab fikih Mu'tazilah sendiri konon justru memakai madzab mainstream.
Menurut ustadz Abu Fadhlulah, "Muktazilah ini sebenernya gerakan teologis, namun pengikutnya secara fikih mengikuti madzhab yg populer.
Adapun masail ushulnya sebenarnya mengikuti madzhab Imam Syafi'i, yang kemudian dimodifikasi atau ditambah masalah-masalah teologis yang mereka anut.
Jadi sebenernya, jika diperhatikan secara seksama, kitab al-Karkhy secara i'tiqad adalah Muktazilah, namun ushul mengikuti fikih madzab Hanafi dan fikihnya Imam Hanafi, demikian juga al-Jasshos.
Adapun al Qadhi Husain, secara furu' mengikuti Imam Syafi'i."
Saya baru tahu, ternyata tidak hanya kitab al-'Umad karya Qadhi Abdul Jabbar saja yang berorientasi Mu'tazilah, tapi kitab Ushul Fikih al-Jasshos (karya beliau Ushul al-Jasshos    adalah karya penting madzhab imam Hanafi) dan imam al-Karkhi (salah satu karya beliau ar-Risalah fil Ushul yang jadi pokok di madzab Imam Hanafi) ternyata juga berorientasi Mu'tazilah.
Tentunya ulama kita sangat objektif. Jika mengutip pendapat dalam kitab-kitab beliau, yang diambil hanya masalah ushul fikih saja. Bukan mengamalkan paham Mu'tazilah mereka juga.