Lihat esensi dan maksud tersembunyi keterangan di kitab Ghoitsul Mawahibil Aliyah fi Syarhil Hikam al-Atho'iyah.
Saya belum pernah baca langsung keterangannya secara utuh. Hanya sepotong ini yang baru saya baca.
.
***
Satu tambahan penting. Kita bedakan antara khilafiyah dan ijma'. Silang pendapat dalam memahami tauhid lewat dalil adalah dalam permasalahan yang panjang lebar.
Adapun memakai logika untuk meyakini keberadaan Allah Subhanahuwata'ala adalah ijma'. Kita yakin bahwa Allah Subhanahuwata'ala itu ada. Buktinya apa? Â Ya alam semesta ini misalnya. Maka itu ijma'.
Kalau misalnya Allah Subhanahuwata'ala itu memiliki sifat wahdaniyah berdasarkan dalil aqli tertentu, maka itu khilafiyah. Dan itu adalah pendapat kita ahlussunah wal jamaah. Khususnya madzhab Asy'ari. Saya gak tahu tentang madzab Maturidi apakah sama geh?
. .
Tapi dalam memahami Allah Subhanahuwata'ala itu ada, maka baik ahlussunah wal jamaah, Muktazilah, atau aliran apapun juga akan sepakat harus juga dengan logika. Seperti yang dicontohkan dalam kasus orang Arab Badui diatas.
***
Menarik sebab manhaj Imam Asy'ari itu mengenalkan konsep nalar dalam memahami sifat Allah SWT. Sebelum ini saya kira belum ada. Sebab beliau adalah pelopor.