Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bertukar Kehidupan

2 April 2020   06:10 Diperbarui: 2 April 2020   06:50 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: banggaber

Sebuah cerpen... "Bertukar kehidupan"

Ini bukan kisah semacam Avengers End Games yang taraf ceritanya bukan lagi tentang upaya menyelamatkan bumi. Tapi sudah ke pergulatan mempertahankan galaksi. Entahlah, kata yang tepat seharusnya Galaksi, Cluster, atau justru Super Cluster?

Karena sejujurnya sampai paragraf ini ditulis, bahkan sampai situs indoxxi ditutup, saya belum pernah menonton film itu. Dan belum ada rencana mau nonton.

Bahkan keinginan mau menikmati film itu seperti hampir nggak ada. Walaupun sekedar baca spoilernya. Cita rasa itu benar-benar bukan selera saya. Mungkinkah saya perlu konsultasi ke psikiater?

Ini hanyalah cerita kecil di sebuah supermarket. Karena memang hanya kisah-kisah kecil semacam itulah yang baru bisa saya ceritakan.

Di sebuah supermarket di suatu sudut belahan benua Amerika sana, seorang nenek tua renta mengantre dengan sabar di kasir. Penjaga kasir, yang bukan Squidward adalah laki-laki remaja berusia delapan belas.

Si nenek yang membawa potongan kupon senilai kurang dari setengah dollar ditolak oleh kasir. Diskon tak seberapa yang ditolak itu wajar mengingat beberapa kupon punya "batas konsumsi" juga seperti makanan. Entah karena tuntutan persaingan bisnis, atau karena sifat kikir manajemen toko, kupon juga dilahirkan dengan takdir memiliki hari kedaluarsa.

Maka si nenek muntah. Dia marah besar dan memaki-maki penjaga toko. Dituding-tudingkan jari telunjuknya ke muka penjaga toko itu. Kata-kata sumpah serapah dari segala macam bahasa tumpah ruah "mengotori" supermarket. Kemarahan ini tentu bukanlah hal yang dapat dimengerti oleh siapapun yang menyaksikannya.

Apalah nilainya kupon berharga tak lebih dari setengah dollar yang sudah basi? Mengapa harus menciptakan sebuah kegaduhan yang luar biasa di siang bolong yang teriknya saja bikin siapa saja mengumpat, saking panasnya. Semua orang memandang dengan heran, sepakat menghakimi bahwa kupon usang itu sungguh tak penting.

Maka bijaknya kita ikuti nasihat Harper Lee. "Kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya. hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya."

Cobalah sejenak kita hidup sebagai nenek itu. Agar mengerti. Rasanya kehilangan kupon setengah dollar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun