Mohon tunggu...
Sam Kamuh
Sam Kamuh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Editor

Live your life with good thoughts, good words, good deeds.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Lady Be Good

19 Februari 2020   02:56 Diperbarui: 19 Februari 2020   02:54 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock


Pada tahun 1959, kru survei Petroleum Inggris, ketika mencari minyak di gurun Afrika Utara Libya, melihat puing-puing bomber B-24.  Setelah diselidiki, ternyata itu adalah bangkai "Lady Be Good," pesawat pembom Perang Dunia II yang telah kembali dari misi di Italia tetapi tidak pernah mencapai markas pangkalan udara.  Misterinya, pesawat itu kosong.

 Apa yang menyebabkan "Lady Be Good" tidak mencapai markas, mendarat lebih dari 400 mil jauhnya di gurun Sahara utara, sampai saat ini tetap menjadi misteri yang belum terpecahkan serta menimbulkan banyak kontroversi.  Setelah pemeriksaan pesawat, penyelidik Angkatan Udara membuat beberapa penemuan mengejutkan.  Pertama adalah fakta bahwa sembilan awaknya tidak berada di pesawat atau di mana pun di dekatnya.  Kedua, navigator tidak membuat entri log setelah misi pemboman awal dibatalkan.  Ketiga, peralatan dan grafik navigator tersimpan dalam kotaknya.  Bagaimana navigator mau mengarahkan pilot bilamana peralatan masih tersimpan?

 Selama beberapa tahun setelah penemuan pesawat itu, semua mayat kecuali satu awak, ditemukan di padang pasir --- lebih dari 80 mil dari pesawat.  Sepertinya para kru telah terjun payung dari pesawat karena kehabisan bahan bakar.  Meskipun satu buku harian yang ditemukan di pakaian salah satu awak kapal menceritakan tentang kondisi gurun yang keras lalu hanya memiliki sedikit air dan tidak ada makanan di antara mereka, sama selali tidak memberikan petunjuk mengenai penyebab kecelakaan itu.

 Amsal 12:15 mengatakan, "Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak." Setelah dikeluarkan dari pesawat dan diuji, semua instrumen ditemukan beroperasi.  Salah satu hipotesis adalah bahwa, karena angin kencang malam itu, pesawat mungkin telah melewati pangkalan lebih awal dari yang diharapkan.  Dalam hal ini, para kru terpaksa harus memutuskan antara mengikuti suar radio atau perhitungan mereka sendiri untuk menentukan berapa lama perjalanan harus dilakukan.

 Menjadi benar di mata kita sendiri bisa berakibat fatal, tidak hanya secara fisik, tetapi, lebih penting, secara spiritual.  Mari kita biarkan Firman Allah yang sempurna menjadi suar kita, apakah itu masuk akal bagi kita atau tidak.

Amsal 14:12
Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.

Doug Batchelder

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun